The Fed Indikasikan Tunda Pemangkasan Suku Bunga, Rupiah Melemah
Kepala The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa dimulainya pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) akan membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan seiring inflasi yang melampaui ekspektasi dan kondisi pasar tenaga kerja yang kuat. Powell juga menyebut bahwa jika tekanan inflasi terus berlanjut, The Fed dapat mempertahankan suku bunga tetap stabil selama diperlukan.
Pada Maret 2024, AS mencatat inflasi 3,5% YoY (vs. Februari 2024: inflasi 3,2%), melampaui ekspektasi konsensus di level 3,4%. Hasil ini menandai untuk ketiga kalinya secara berturut-turut tingkat inflasi berada lebih tinggi dari ekspektasi.
Tekanan inflasi tersebut menguatkan narasi bahwa tingkat suku bunga AS akan bertahan pada level yang tinggi untuk waktu lebih lama (higher for longer). Berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed untuk memangkas suku bunga dalam pertemuan Juni 2024 turun drastis dari 61,1% pada 2 April 2024 menjadi 15,2% per 17 April 2024.
Saat ini, market mengekspektasikan bahwa The Fed baru akan mulai memangkas suku bunga pada 3Q24, dengan jumlah pemangkasan hanya sebanyak 1–2x selama 2024. Sebelumnya, The Fed memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebanyak 3 kali pada 2024.
Dampak negatif dari narasi higher for longer juga dirasakan Indonesia, ditandai dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat melemah hingga sempat menyentuh level 16.300 pada Rabu (17/4) pagi. Bank Indonesia sendiri telah melakukan intervensi di pasar spot dan non-deliverable forward untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Pada Oktober 2023, Bank Indonesia pernah secara di luar dugaan menaikkan BI Rate sebesar 25 bps setelah nilai tukar rupiah melemah ke level 15.860, yang merupakan kurs terendah sejak April 2020.